Feeds:
Posts
Comments

Archive for July, 2012

Ini memang bagian dari kehidupan. Bahwa kadang bahkan teramat sering, kita harus berkorban, berbagi dan memperjuangkan sesuatu demi kebahagiaan orang lain. Maka mereka yang melakukan hal tersebut akan dikenang waktu sebagai manusia berhati baik dan tidak egois. Pastilah waktu juga akan mengenang mereka yang tak pernah sekali pun berkorban, berbagi dan memperjuangkan sesuatu demi kebahagiaan orang lain. Lalu waktu dan orang-orang mengakrabi mereka dengan sebutan manusia berhati batu dan egois. Tentu, tak ada paksaan kita harus menjadi yang mana. Semua kembali pada hati. Sebab pada hakikatnya, hatilah yang menggerakkan akal dan amal kita untuk melakukan apa dan bagaimana.

Lalu, beberapa saat kemudian, kita akan bersentuhan dengan nilai keikhlasan. Ya, ternyata melakukan kebaikan itu tidaklah segampang yang dipikirkan. Sulit membedakan antara ikhlas dan tidak ikhlas, antara riya dengan tidak riya, antara sombong dengan tidak sombong dan lain sebagainya. Lagi-lagi, kembali ke hati. Sebab Tuhan pun rupanya tak pernah lengah mengikuti jalan hati kita. Yang abstrak menjadi sangat konkret bagi-Nya. Ah ya, entah mengapa kita sering pula lupa akan hal itu. Tuhan ada di mana-mana.
Hati, dialah kunci kita menemukan apa yang baik dan tidak baik. Ia pun ditakdirkan menjadi penentu apakah seseorang itu baik atau tidak. Tapi fenomena saat ini pun menjadi penghalang bagi kita untuk menilai kebaikan orang lain atau berbuat baik pada orang lain. Hati sering tak sama dengan perbuatan dzahir.
Tapi, ada hal yang mungkin harus kita ingat dan bawa kemana-mana. Allah itu baik pada orang-orang yang berusaha baik pada-Nya dan orang-orang di sekitarnya. Allah itu dekat pada orang-orang yang berusaha dekat dengan-Nya. Dan Allah, sungguh Dia adalah sebaik-baik penilai hati kita. Maka, tak boleh ada keraguan buat kita untuk berbuat baik bagi orang lain. Sebab ternyata Allah pun selalu memberikan award (penghargaan) bagi mereka yang melakukan itu, di dunia dan akhirat kelak.
Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula).” (QS. ar-Rahman (55) : 60)
Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya. Dan muka mereka tidak ditutupi debu hitam dan tidak (pula) kehinaan. Mereka itulah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya.”(QS. Yunus (10) : 26)
Wallohu ‘alam bishowab.

Read Full Post »

Kebenaran tentang hati nurani adalah kebenaran sejati yang terdapat dalam setiap manusia. Itulah pemberian Ilahi untuk menjadikan manusia sebagai makhluk suci. Manusia tahu tentang hati nurani adalah sumber kebenaran sejati. Tetapi sayang ada berapa banyak yang tahu menggunakannya. Bahkan sudah banyak manusia di dunia ini yang kehilangan nuraninya dan menggantikan materi sebagai sumber kebenaran.

Akibatnya manusia hidup jauh dari kebenaran, dan akrab dalam pembenaran
yang menjebak manusia terjerumus dalam kesalahan demi kesalahan.
Hati nurani menjadi sesuatu yang langka, tetapi tidak berharga, karena lebih banyak sengaja dimuseumkan dan diabaikan pemiliknya.

Padahal dalam sejarahnya, manusia-manusia bijak rela mengorbankan segalanya demi untuk mendapatkan kembali hati nuraninya. Karena hati nurani adalah pusaka yang tidak ternilai bagi kehidupan manusia untuk tersadarkan.

Banyak kebenaran tentang hati nurani diungkapkan, sebagai pedoman tentang pentingnya hati nurani.

“Hati terbuka maka akan sadar dan mengerti”.

“Surga adalah milik mereka yang telah memahami dan mengerti hatinya”.

“Manusia bisa menjadi makhluk berharga dan bernilai, sebab ada hati nurani padanya”.

Sadarkah kita maha berharganya hati nurani bagi manusia? Masih adakah pada diri kita?
Tidak perlu diraba, cukup dirasa dan direnungkan. Jangan-jangan kita telah kehilangannya sekian lama tak disadari.

Read Full Post »

Sami’allahu Liman Hamidah

 

Sami’allahu liman hamidah…… suara imam bergema memecah kesunyian, makmum yang ruku’ pun ikut berdiri tegak, mengikuti sang imam.

Sami’allahu liman hamidah, kata yang sangat akrab dengan lidah kita. Dalam sehari, minimal kita mengucapkannya sebanyak 17 kali.
Sami’allahu liman hamidah, mudah diucapkan, anak kecil pun bisa.
Sami’allahu liman hamidah, sudah kita hafal di luar kepala, lidah kita sudah otomatis […]

Sami’allahu liman hamidah…… suara imam bergema memecah kesunyian, makmum yang ruku’ pun ikut berdiri tegak, mengikuti sang imam.

Sami’allahu liman hamidah, kata yang sangat akrab dengan lidah kita. Dalam sehari, minimal kita mengucapkannya sebanyak 17 kali.

Sami’allahu liman hamidah, mudah diucapkan, anak kecil pun bisa.

Sami’allahu liman hamidah, sudah kita hafal di luar kepala, lidah kita sudah otomatis mengucapkannya ruku’.

Sami’allahu liman hamidah, pernahkah anda penasaran apa artinya kalimat itu? Atau karena lidah kita sudah otomatis mengucapkannya, kata itu menjadi sesuatu yang “biasa” tanpa makna?

Sami’allahu liman hamidah, pernahkah hatimu ingin tahu apa artinya?

Sami’allahu liman hamidah, apakah hanya sekedar bunyi tanpa makna? Kita menikmati kicau burung, meski sekedar bunyi tanpa ada makna. Kita tidak menikmati ucapan sami’allahu liman hamidah. Kita lebih menikmati kicau burung.

Sami’allahu liman hamidah, sekali lagi, apakah hanya sekedar bunyi tanpa arti?

Sami’allahu liman hamidah, sebuah kalimat yang diucapkan dalam shalat, menjadi pengganti takbir, menggantikan kalimat Allahu Akbar.

Sami’allahu liman hamidah, bukan kalimat sembarangan, karena ada perintah mengucapkannya dalam shalat, dalam sebuah ibadah yang sama sekali bukan sembarangan, bukan hal sepele. Perintah menegakkan shalat sejajar dengan perintah ibadah.

Allah berfirman:

إِنَّنِي أَنَا اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي

Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah salat untuk mengingat Aku.

Thaha ayat 14

Aku tahu Allah adalah tuhan yang benar, lalu apa?

Jika kamu tahu bahwa Allah adalah tuhan yang benar, maka sembahlah Allah, dan tegakkanlah shalat.

Apakah karena kita menganggap shalat sebagai hal sepele, akhirnya kata-kata dalam shalat juga kita anggap sepele?

Sami’allahu liman hamidah, bukan kalimat sepele.

Sami’allahu liman hamidah, mengandung makna yang dalam, makna yang luar biasa indah.

Itu pasti.

Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana, Maha Adil, Maha Rahman dan Rahim, Maha Suci, tidak akan meletakkan kata sia-sia dalam shalat, sebuah amalan yang amat dicintaiNya.

Sami’allahu liman hamidah, apa artinya?

Mari kita simak Imam Nawawi menjelaskannya dalam Syarah Shahih Muslim:

Arti sami’allahu liman hamidah : Allah mengabulkan doa orang yang memujiNya, dan makna Allah mendengar kalian, yaitu mengabulkan doa kalian.

Pada bagian lain, Imam Nawawi berkata:

Para ulama mengatakan: arti mendengar di sini adalah mengabulkan, artinya, siapa yang memuji Allah dengan mengharap pahalaNya, Allah akan mengabulkan harapannya, dan memberikan apa yang dia minta. Maka kita mengatakan Rabbana, walakal hamdu, untuk meraih pahala.

Allah menjamin untuk mengabulkan doa, menjamin untuk memberi ganjaran bagi pujian. Maka kita segera menyambut hadiah ini dengan mengatakan rabbana walakal hamd,

Ya Allah kabulkan doa kami, kabulkan pujian kami, kami akan memujiMu.

Sami’allahu liman hamidah, Allah mengabulkan doa orang yang memujiNya

Sami’allahu liman hamidah, Allah akan memberi pahala orang yang memujiNya.

Berita gembira dari Allah untuk kita, dari Allah yang Maha Rahmaan, Maha Luas RahmatNya. Berita gembira dari Allah, yang mengirim kita ke alam dunia, yang memberi kita hidup, dengan segala kelengkapannya. Dari Allah yang memberi kita otak, mata dan telinga, yang memberi kita jantung dan lambung.

Sami’allahu liman hamidah, berita gembira mengandung bisikan lembut menembus hati kita, mengajak untuk berdoa dan memujiNya.

Alangkah baiknya Allah.

Read Full Post »

MANDIRI…Lah…!!!

Sebuah kata yang sudah tidak asing lagi bukan? Bagaimana tidak, saat mengetik kata itu dalam mesin pencari terhebat, Prof. Dr. Ir. Google, muncul seabrek file tentang kata ini, pun saat search gambar… Macam-macam penafsiran tentang kata ini. Mulai dari nama sebuah bank terkemuka di Indonesia, sampai plesetan-plesetan kepanjangannya. Bukan, saat ini qt (ups, saya), tidak sedang membicarakan tentang Bank ternama itu, bukan pula mandi sendiri, apalagi mandi berdiri (maaf, itu istilah yg sering sy dengar). Bukan tentang itu semua. Tetapi disini qt sedang berbicara tentang mandiri sebagai sebuah pola berpikir, bahasa kerennya mind set, bukan manset yang sering dipakai para akhwat. Tapi, perlu sy sampaikan di awal, mandiri itu bukan lawan kata dari kerjasama, bukan. Mandiri itu menurut sy adalah pengoptimalan potensi diri dalam mencapai tujuan tertentu, bisa tujuan pribadi atau kelompok, tujuan jangka pendek maupun jangka panjang. intinya, mandiri adalah menjadikan diri sebagai subjek yang paling berkuasa atas segala potensi yang dimiliki. Mandiri itu bisa qt miliki saat qt sudah bisa mengoptimalkan potensi diri, saat membiasakan berpikir dan berkata “kalau saya bisa,kenapa harus merepotkan orang lain?” bukan “kalau masih ada orang lain, kenapa harus saya lakukan sendiri?” Itulah perbedaan yang nyata antara pribadi mandiri dan pribadi manja. Ya,pribadi manja! (maaf, bingung memilih kata apa yg cocok) …pribadi yang selalu “kecanduan” dengan keberadaan orang lain, ketergantungan pada “penolong”… Sadar atau tidak, pribadi manja ini seringkali ditumbuhkan dan dibesarkan pada diri pemuda-pemuda negara qt… sehingga jangan kaget saat ada remaja putri yang seolah “tak bisa hidup” tanpa kehadiran “bibi” (bisa berarti PRT, Bicu, atau Bi yang lainnya), jangan kaget saat pelajar seolah “mati kutu” saat ujian diawasi guru paling kejam karena tak bisa nyontek pekerjaan sang master kelas, jangan kaget juga saat melihat suatu organisasi “kehilangan nyawanya” saat ketua lembaga sedang cuti… itu semua karena mreka telah terlalu lama dimanjakan oleh “penolong-penolong” itu, sehingga memposisikan diri mereka sebagai objek,bukan subjek yang bisa berdiri dan melanjutkan hidup dengan atau tanpa penolong. Wahai pemuda, saksikanlah beberapa saudara MANDIRI qt ini… lalu bandingkan dg diri qt! Hmmm, bukankah saya, anda, qt jauh lebih beruntung dari mereka??? Jika mereka dg segala keterbatasannya saja bisa berpikir, bertindak, dan hidup mandiri, kenapa qt tidak???

 

Qt bisa jauh lebih mandiri dengan segala nikmat yang Allah telah anugerahkan pada qt. maka Jangan menunda utk BISA MANDIRI! Dan pastikan, dengan MANDIRI, insya Allah hidup qt bisa lebih berarti dan bermanfaat dari hidup qt saat ini. Mari berjuang pemuda, utk MANDIRI, merdeka dari manja diri!!

Read Full Post »

Berukhuwah Islamiyah (Bersaudara dalam Islam) memang indah dan menjadi ungkapan yang mahal hari ini, tapi tak sekedar ukhuwah indah, hingga terlupa hak-hak saudara, terlupa akan tergelincirnya hati yang lelah, banyak amanah dan melunturkan azzam (keinginan) untuk berdakwah.  Dakwah yang tertegak atas cinta, yang terhubung oleh cinta dakwah, yang bersemi dengan persaudaraan karena Allah SWT, dan terikat kuat bila disatukan oleh aqidah yang direkatkan atas nama cinta pada Allah SWT. Dan atas nama cinta, kupersembahkan untaian kata ini kepada saudara-saudariku tercinta, yang bergerak atas dasar cinta pada Allah SWT dan keikhlasan dalam meraih RidhoNya…UHIBBUKI FILLAH. (Aku Mencintaimu karena Allah).

Read Full Post »